//

Friday, May 21, 2010

Hak IBU Lebih Besar Daripada Hak AYAH

Tip-tip untuk semua

Di dalam surah Al-Ahqaf ayat 15 Allah Subhanahu wa Ta'alaa berfirman :

Ertinya : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a, "Ya Rabb-ku, tunjukkilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

Ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari) di tambah 2 tahun menyusui anak jadi 30 bulan, sehingga tidak bertentangan dengan surat Lukman ayat 14. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir]

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan,
- yang pertama adalah hamil
- kemudian melahirkan
- dan selanjutnya menyusui.
Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada bapak.

Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Ertinya : "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Datang seseorang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi ?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ibumu!' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ibumu!', Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi, 'Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Bapakmu' "[Hadits Riwayat Bukhari (AL-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]

Imam Adz-Dzhabai dalam kitabnya Al-Kabair berkata :

"Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia hilangkan rasa ngantuknya karena menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikannmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar doktor yang mengobatimu dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras.

Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu mendo'akan mu dengan taufiq, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat di sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga disisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Dan engkau mendahulukan berbuat baik kepada isteri dan anak-anak mu dari pada ibumu. Dan engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia buat. Dan kamu merasa terbeban memeliharanya padahal ianya adalah urusan yang mudah. Dan engkau kira ibu mu ada di sisi mu umurnya panjang padahal umurnya pendek. Engkau tinggalkan dirinya padahal dia tidak punya penolong selainmu.

Padahal Allah telah melarangmu berkata 'ah' dan Allah telah mencela mu dengan celaan yang lembut. Dan engkau akan disiksa di dunia dengan derhakanya anak-anakmu kepada mu kelak. Dan Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul 'Aalamin.

Dan Allah berfirman di dalam surah Al-Hajj ayat 10 :
Ertinya : "(Akan dikatakan kepadanya), 'Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali tidak pernah berbuat zhalim kepada hamba-hambaNya".

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung. Ketika Ibnu Umar menemui seseorang yang menggendong ibunya beliau mengatakan, "Itu belum bisa membalas jasanya". Kemudian juga beberapa riwayat [1] disebutkan bahwa seandainya kita ingin membalas jasa orang tua kita dengan harta atau dengan yang lain, masih juga belum boleh membalas jasa mereka.

Bahkan dikatakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.Ertinya : "Kamu dan hartamu milik bapakmu" [Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Jabir, Thabrani dari Samurah dan Ibnu Mas'ud, Lihat Irwa'ul Ghalil 838]

**Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Tip-tip untuk semua

Baca Lagi...


Indahnya Menahan Marah

Tip-tip untuk semua

Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.” (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeza-beza. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sukar dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja dianggapnya begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimananan) seseorang.

Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya sewaktu berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang, dan lapang dada.

Adakalanya, kita merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah-olah jiwa kita terlempar dari kesedaran. Kita merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na’udzubillah.

Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi S.A.W. dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik padamu.” Badwi itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.

Kemudian, Nabi S.A.W. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan kepada orang Badwi tersebut. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik padamu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat.”

Keesokan harinya, Rasulullah S.A.W. bersabda kepada para sahabat, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat.”

Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.

Rasulullah S.A.W. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezaliman. Namun, Rasulullah S.A.W. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, beliau S.A.W. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan boleh digunakan untuk menempuh perjalan jauh.

Adakalanya, Rasulullah S.A.W. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi. Melainkan, karena kehormatan agama Allah.

Rasulullah S.A.W. bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR. Bukhari)

Sabdanya pula, “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (HR. Turmudzi).

Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya melanda, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.

Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Kerana, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.

Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesedarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.

Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabbur, riya', sum’ah, dusta, pengadu domba dan sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan darjat yang tinggi di sisi Allah S.W.T.

Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah S.A.W. bersabda, “Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat darjat seseorang?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau.” (HR. Thabrani).

Sabdanya pula, “Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk).” (HR. Abu Dawud).

Tip-tip untuk semua

Baca Lagi...


Thursday, May 20, 2010

Terhalang Jodoh Kerana Sihir

Tip-tip untuk semua
Saudaraku muslimah ataupun muslim, memang menggelisahkan kalau umur sudah lanjut tapi jodoh tak kunjung datang. Mungkin ada tergendala yang diluar kuasa kita tapi diizinkan oleh Allah SWT. Berikut adalah cerita dari Ulama Salaf Syeihk Wahid bin Abdussalam Baali dalam bukunya “Ash Shaarimul Battaar fit Tashaddi lis Saharatil Asyraar”.

Ada seorang yang dengki lagi penuh tipu daya pergi ke dukun yang sangat jahat dan meminta supaya dibuatkan sihir untuk anak perempuan si fulan. Kemudian tukang sihir itu meminta nama wanita itu dan nama ibunya, serta meminta barang atau benda yang sudah pernah dipakai wanita itu, contoh saperti baju, kain, tudung, seluar dalam, baju dalam, setokin dan lain-lain lagi.

Selanjutnya tukang sihir pun melancarkan sihirnya. Dia beri tugas kepada satu jin atau lebih untuk menjalankan sihir. Kemudian jin itu pergi menyertai wanita itu, sehingga dia bisa masuk ke dalam tubuhnya pada 4 keadaan :
1. Rasa takut yang mencekam
2. Marah yang memuncak
3. Lengah yang cukup parah
4. Diliputi nafsu syahwat

Sedangkan jin sendiri mengalami dua keadaan:

1. Dia masuk kedalam tubuh wanita itu, ia membuat wanita itu merasa tidak cinta kepada laki-laki yang melamarnya dan kemudian menolaknya.

2. Jin itu tidak boleh masuk sehingga melancarkan sihir yang mengelabui pandangan dari luar tubuhnya, sehingga ia membuat bayangan bagi laki-laki yang melamar wanita itu nampak seperti wanita hodoh dan tak menarik. Dan hal itu juga ia lakukan kepada pihak wanita, juga memandang laki-laki itu tak layak dan tidak menarik langsung.

Oleh karena itu, Anda akan menyaksikan setiap laki-laki yang datang melamar wanita ini pasti menolaknya, meskipun secara prinsip dia menerima wanita tersebut.

Pada sihir yang dahsyat, anda akan mendapati bahwa laki-laki yang datang melamar wanita ini, sewaktu akan masuk rumah sudah merasakan sesak yang cukup parah dan kehidupan ini terasa gelap baginya. Dia merasakan rumah itu seakan-akan penjara olehnya, sehingga dia tak mau pergi ke rumah itu lagi.

Dalam menjalankan hal ini jin itu menyebabkan wanita itu merasa pening dari waktu ke waktu.

Gejala-gejala Sihir Penghalang pernikahan:

* Merasa pusing dari waktu ke waktu, yang tidak hilang dengan meminum obat dari doktor.
* Rasa sesak di dada, khusus setelah waktu 'asar sampai pertengahan malam
* Laki-laki yang datangmelamar nampak buruk dan huduh sekali.
* Banyak berpikir (fikiran kacau)
* Terjadi kegoncangan yang banyak di waktu tidur.
* Juga terasa sakit di tulang punggung bagian bawah.

Sekiranya ada di antara saudarku muslimah yang belum mendapat jodoh dan merasakan ada tanda-tanda seperti ini, hendaklah bersegera berlindung pada Allah SWT dan meminta orang-orang soleh untuk meruqyiah secara syariyyah.

Tip-tip untuk semua

Baca Lagi...


Related Posts with Thumbnails

Protected by Copyscape Web Plagiarism Software